Kamis, 11 Juli 2013

Penyu Tempayan



Kingdom : Animalia
Sub Kingdom : Metazoa
Phylum Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Class : Reptilia
Sub Class : Anapsida
Ordo : Testudinata
Sub Ordo : Cryptodira,
Family : Cheloniidae,
Genus : Caretta
Spesies : Caretta caretta

Penyu tempayan (Caretta caretta)Disebut dalam bahasa Inggris Loggerhead  sea turtle. Warna karapasnya (cangkang atas) coklat kemerahan, kepalanya yang besar dan paruh yang bertumpuk (overlap) salah satu ciri mengenali penyu tempayan. Disamping itu terdapat lima buah sisik di kepala bagian depan (prefrontal), umumnya terdapat empat pasang sisik coastal. Lima buah sisik vertebral. Plastron (bagian bawah) berwarna coklat muda sampai kuning. Penyu Tempayan ditemukan di Samudera Atlantik, Samudera Pasifik, Samudera Hindia, dan Laut Mediterania. Sebagian besar bertelur di daerah sub-tropis. Kadang-kadang ditemukan di perairan Indonesia namun tidak ditemukan bertelur di sini. Penyu Tempayan jantan mempunyai ekor dibanding penyu tempayan betina. Plastron jantan lebih pendek dari pada betina.
Penyu Tempayan memiliki tingkat reproduksi rendah, betina meletakkan rata-rata empat sarang  telur dan kemudian menjadi diam, tidak memproduksi telur untuk dua sampai tiga tahun.  Penyu Tempayan mencapai kematangan seksual dalam 17-33 tahun dan memiliki umur 47-67 tahun.
Penyu Tempayan termasuk jenis carnivora yang umumnya memakan kerang-kerangan yang hidup di dasar laut seperti kerang remis, mimi dan invertebrata lain. Penyu tempayan memiliki rahang yang sangat kuat untuk menghancurkan kulit kerang.

Jumat, 05 Juli 2013

Coral Triangle Day 2013



Indonesia memiliki luas terumbu karang 51.000 km persegi atau 18 % dari total luas terumbu karang dunia, tetapi Indonesia sayangnya juga merupakan salah satu Negara dengan status terumbu karang paling terancam yang paling terancam di dunia.
Menurut survey Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) hingga akhir 2012 hanya 30% terumbu karang Indonesia dalam kondisi baik, 37% kondisi sedang, dan 33% sisanya rusak parah. Survey tersebut dilakukan LIPI di 77 daerah yang tersebar dari Sabang sampai Kepulauan Raja Ampat.
Indonesia telah menjadi salah satu peserta Coral Triangle Initiative on Coral Reefs Fisheries and Food Security (CTI-CFF) yang beranggotakan Filipina, Malaysia, Papua Nugini, Timor Leste, Salomon Island dan Indonesia.
Dalam upaya pelestarian terumbu karang karang tersebut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengadakan kegiatan Festival Coral Triangle Day 2013 bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Kodam Udayana, Pemkot Mataram , CTI dan WWF.
Kegiatan tersebut dipusatkan di Pantai Loang Baloq, Kecamatan Sekarbela, Kota Mataram antara lain : kegiatan bersih pantai, tanam vegetasi pantai,  lomba jukung layar dan tarik tambang di laut, serta parade budaya dan festival musik,  penyadaran masyarakat dalam upaya mitigasi bencana dan perubahan iklim,  serta penyiapan masyarakat dalam menghadapai bencana di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Kegiatan penyadaran tersebut antara lain penyampaian materi tentang Mitigasi Bencana, pemutaran film mitigasi bencana, konservasi satwa laut dan pertunjukan wayang,
Disamping itu Kementerian Kelautan dan Perikanan juga menyampaikan bantuan secara simbolik kepada Pemerintah Provinsi NTB senilai Rp. 34.965.461.800,-dalam rangka pembangunan sektor kelautan dan perikanan di Provinsi NTB

Pelabuhan Perikanan.



Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki luas perairan  laut 5,8 juta km persegi dengan garis pantai terpanjang di dunia yaitu 81.000 km  yang memiliki potensi ikan 6,26 juta ton pertahun.  Untuk menampung hasil sebanyak itu tentu diperlukan sarana dan prasarana  pelabuhan ikan yang memadai.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan, Pelabuhan Perikanan dibagi menjadi 4 kategori utama yaitu :

PPS (PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA)
Pelabuhan perikanan samudera (PPS), dikenal juga sebagai pelabuhan perikanan type A, atau kelas I.  Pelabuhan perikanan ini dirancang terutama untuk melayani kapal perikanan berukuran > 60 GT. Yang dapat menampung 100 buah kapal atau 6000 GT sekaligus, dapat pula melayani kapal ikan yang beroperasi di perairan lepas pantai, ZEE dan perairan internasional.  Jumlah ikan yang didaratkan sekitar 40.000 ton / tahun dan juga memberikan pelayanan untuk ekspor.  Selain itu tersedia juga tanah untuk industri perikanan.
Ada 6 pelabuhan perikanan samudera diantaranya : PPS Belawan, PPS Bitung, PPS Bungus, PPS Cilacap, PPS Jakarta, PPS Kendari.

PPN (PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA)
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN), dikenal juga sebagai pelabuhan perikanan tipe B atau kelas II. Pelabuhan ini dirancang terutama untuk melayani kapal perikanan berukuran 15 - 16 ton GT sekaligus. Pelabuhan ini juga melayani kapal ikan yang beroperasi di perairan ZEE Indonesia dan perairan nasional. Jumlah ikan yang didaratkan sekitar 40 - 50 ton / hari atau sekitar 8.000 - 15.000 ton / tahun.
Ada 14 Pelabuhan Perikanan Nusantara diantaranya :
PPN Ambon, PPN Brondong, PPN Karangantu, PPN Kejawanan, PPN Palabuhan Ratu, PPN Pekalongan, PPN Pemangkat, PPN Pengambengan, PPN Prigi, PPN Sibolga, PPN Sungai Liat, PPN Tanjung Pandan, PPN Tual.

PPP (PELABUHAN PERIKANAN PANTAI)
Pelabuhan perikanan Pantai (PPP) dikenal juga sebagai pelabuhan perikanan type C atau kelas II. Pelabuhan ini dirancang untuk melayani kapal perikanan berukuran 5 - 15 GT yang dapat menampung 50 kapal atau 500 GT sekaligus.Pelabuhan ini juga melayani kapal ikan yang beroperasi di perairan pantai. Jumlah ikan yang didaratkan sekitar 15 - 20 ton / hari atau sekitar 4.000 ton / tahun.
Ada 44 Pelabuhan Perikanan Pantai di Indonesia. Contoh PPS di Jawa : PPP Asem Doyong, PPP Bajomulyo, PPP Blanakan, PPP Bondet, PPP Cilauteureun, PPP Ciparage, PPP Eretan, PPP Klidang Lor, PPP Morodemak dsb.

PPI (PANGKALAN PENDARATAN IKAN)
Pangkalan Pendaratan Ikan merupakan pelabuhan kecil yang umumnya dikelola oleh Daerah. Sifat dari pangkalan ini antara lain :
Melayani kapal berukuran sampai dengan 10 GT.
Jumlah ikan yang didaratkan tiap hari sekitar 10 ton atau 2000 ton / tahun.
Melayani Kapal perikanan yang beroperasi di perairan pantai.

Pelabuhan tersebut dikategorikan menurut kapasitas dan kemampuan masing-masing pelabuhan untuk menangani kapal yang datang dan pergi serta letak dan posisi pelabuhan.

Kamis, 04 Juli 2013

Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata).




Klasifikasi Penyu Sisik :
Kingdom : Animalia
Sub Kingdom : Metazoa
Phylum  : Chordata,
Subphylum : Verterbrata,
Kelas  : Reptilia,
Ordo : Testudinata,
Sub Ordo :  Cryptodira,
Family  : Cheloniidae,
Genus : Eretmochelys,
Spesies :  Eretmochelys imbricata.




Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata). Penyu Sisik atau dikenal sebagai Hawksbill turtle karena paruhnya tajam dan menyempit/meruncing dengan rahang yang agak besar mirip paruh burung elang. Demikian pula karena sisiknya yang tumpang tindih/over lapping (imbricate) seperti sisik ikan maka orang menamainya penyu sisik. Ciri-ciri umum adalah warna karapasnya bervariasi kuning, hitam dan coklat bersih, plastron berwarna kekuning-kuningan. Terdapat dua pasang sisik prefrontal. Sisiknya (disebut bekko dalam bahasa Jepang) banyak digunakan sebagai bahan baku dalam industri kerajinan tangan terutama di Jepang untuk membuat pin, sisir, bingkai kacamata dll. Sebagian besar bertelur di pulau-pulau terpencil. Penyu Sisik selalu memilih kawasan pantai yang gelap, sunyi dan berpasir untuk bertelur.Paruh penyu sisik agak runcing sehingga memungkinkan mampu menjangkau makanan yang berada di celah-celah karang seperti sponge dan anemon.
Penyu Sisik termasuk  Carnivore., mereka memakan Mereka juga memakan udang dan cumi-cumi. sponge dan anemone.