Jumat, 29 November 2013
Kamis, 11 Juli 2013
Penyu Tempayan
Kingdom : Animalia
Sub Kingdom : Metazoa
Phylum Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Class : Reptilia
Sub Class : Anapsida
Ordo : Testudinata
Sub Ordo : Cryptodira,
Family : Cheloniidae,
Genus : Caretta
Spesies : Caretta
caretta
Penyu tempayan (Caretta caretta)Disebut
dalam bahasa Inggris Loggerhead sea turtle.
Warna karapasnya (cangkang atas) coklat kemerahan, kepalanya yang besar dan
paruh yang bertumpuk (overlap) salah satu ciri mengenali penyu tempayan.
Disamping itu terdapat lima buah sisik di kepala bagian depan (prefrontal),
umumnya terdapat empat pasang sisik coastal. Lima buah sisik vertebral.
Plastron (bagian bawah) berwarna coklat muda sampai kuning. Penyu Tempayan
ditemukan di Samudera Atlantik, Samudera Pasifik, Samudera Hindia, dan Laut
Mediterania. Sebagian besar bertelur di daerah sub-tropis. Kadang-kadang
ditemukan di perairan Indonesia namun tidak ditemukan bertelur di sini. Penyu
Tempayan jantan mempunyai ekor dibanding penyu tempayan betina. Plastron jantan
lebih pendek dari pada betina.
Penyu Tempayan memiliki tingkat reproduksi rendah, betina meletakkan rata-rata empat
sarang telur dan kemudian menjadi diam,
tidak memproduksi telur untuk dua sampai tiga tahun. Penyu Tempayan mencapai
kematangan seksual dalam 17-33 tahun dan memiliki umur 47-67 tahun.
Penyu Tempayan
termasuk jenis carnivora yang umumnya memakan kerang-kerangan yang hidup
di dasar laut seperti kerang remis, mimi dan invertebrata lain. Penyu tempayan
memiliki rahang yang sangat kuat untuk menghancurkan kulit kerang.
Jumat, 05 Juli 2013
Coral Triangle Day 2013
Gambar : www.coraltriangleinitiative.org
Indonesia memiliki luas
terumbu karang 51.000 km persegi atau 18 % dari total luas terumbu karang
dunia, tetapi Indonesia sayangnya juga merupakan salah satu Negara dengan
status terumbu karang paling terancam yang paling terancam di dunia.
Menurut survey Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) hingga akhir 2012 hanya 30% terumbu karang
Indonesia dalam kondisi baik, 37% kondisi sedang, dan 33% sisanya rusak parah.
Survey tersebut dilakukan LIPI di 77 daerah yang tersebar dari Sabang sampai
Kepulauan Raja Ampat.
Indonesia telah menjadi
salah satu peserta Coral Triangle Initiative on Coral Reefs Fisheries and Food
Security (CTI-CFF) yang beranggotakan Filipina, Malaysia, Papua Nugini, Timor
Leste, Salomon Island dan Indonesia.
Dalam upaya pelestarian
terumbu karang karang tersebut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
mengadakan kegiatan Festival Coral
Triangle Day 2013 bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat
(NTB), Kodam Udayana, Pemkot Mataram , CTI dan WWF.
Kegiatan tersebut dipusatkan di Pantai
Loang Baloq, Kecamatan Sekarbela, Kota Mataram antara lain : kegiatan bersih
pantai, tanam vegetasi pantai, lomba
jukung layar dan tarik tambang di laut, serta parade budaya dan festival musik,
penyadaran masyarakat dalam upaya
mitigasi bencana dan perubahan iklim, serta penyiapan masyarakat dalam menghadapai
bencana di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Kegiatan penyadaran tersebut
antara lain penyampaian materi tentang Mitigasi Bencana, pemutaran film
mitigasi bencana, konservasi satwa laut dan pertunjukan wayang,
Disamping itu Kementerian Kelautan dan
Perikanan juga menyampaikan bantuan secara simbolik kepada Pemerintah Provinsi
NTB senilai Rp. 34.965.461.800,-dalam rangka pembangunan sektor kelautan dan perikanan
di Provinsi NTB
Pelabuhan Perikanan.
Indonesia merupakan Negara kepulauan
yang memiliki luas perairan laut 5,8
juta km persegi dengan garis pantai terpanjang di dunia yaitu 81.000 km yang memiliki potensi ikan 6,26 juta ton
pertahun. Untuk menampung hasil sebanyak
itu tentu diperlukan sarana dan prasarana pelabuhan ikan yang memadai.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan
dan Perikanan Nomor: PER.16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan, Pelabuhan
Perikanan dibagi menjadi 4 kategori utama yaitu :
PPS (PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA)
Pelabuhan perikanan samudera (PPS),
dikenal juga sebagai pelabuhan perikanan type A, atau kelas I. Pelabuhan perikanan ini dirancang terutama
untuk melayani kapal perikanan berukuran > 60 GT. Yang dapat menampung 100
buah kapal atau 6000 GT sekaligus, dapat pula melayani kapal ikan yang
beroperasi di perairan lepas pantai, ZEE dan perairan internasional. Jumlah ikan yang didaratkan sekitar 40.000 ton
/ tahun dan juga memberikan pelayanan untuk ekspor. Selain itu tersedia juga tanah untuk industri
perikanan.
Ada 6 pelabuhan perikanan samudera
diantaranya : PPS Belawan, PPS Bitung, PPS Bungus, PPS Cilacap, PPS Jakarta,
PPS Kendari.
PPN (PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA)
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN),
dikenal juga sebagai pelabuhan perikanan tipe B atau kelas II. Pelabuhan ini
dirancang terutama untuk melayani kapal perikanan berukuran 15 - 16 ton GT
sekaligus. Pelabuhan ini juga melayani kapal ikan yang beroperasi di perairan
ZEE Indonesia dan perairan nasional. Jumlah ikan yang didaratkan sekitar 40 -
50 ton / hari atau sekitar 8.000 - 15.000 ton / tahun.
Ada 14 Pelabuhan Perikanan Nusantara
diantaranya :
PPN Ambon, PPN Brondong, PPN Karangantu,
PPN Kejawanan, PPN Palabuhan Ratu, PPN Pekalongan, PPN Pemangkat, PPN
Pengambengan, PPN Prigi, PPN Sibolga, PPN Sungai Liat, PPN Tanjung Pandan, PPN
Tual.
PPP (PELABUHAN PERIKANAN PANTAI)
Pelabuhan perikanan Pantai (PPP) dikenal
juga sebagai pelabuhan perikanan type C atau kelas II. Pelabuhan ini dirancang
untuk melayani kapal perikanan berukuran 5 - 15 GT yang dapat menampung 50
kapal atau 500 GT sekaligus.Pelabuhan ini juga melayani kapal ikan yang
beroperasi di perairan pantai. Jumlah ikan yang didaratkan sekitar 15 - 20 ton
/ hari atau sekitar 4.000 ton / tahun.
Ada 44 Pelabuhan Perikanan Pantai di
Indonesia. Contoh PPS di Jawa : PPP Asem Doyong, PPP Bajomulyo, PPP Blanakan,
PPP Bondet, PPP Cilauteureun, PPP Ciparage, PPP Eretan, PPP Klidang Lor, PPP
Morodemak dsb.
PPI (PANGKALAN PENDARATAN IKAN)
Pangkalan Pendaratan Ikan merupakan
pelabuhan kecil yang umumnya dikelola oleh Daerah. Sifat dari pangkalan ini
antara lain :
Melayani kapal berukuran sampai dengan
10 GT.
Jumlah ikan yang didaratkan tiap hari
sekitar 10 ton atau 2000 ton / tahun.
Melayani Kapal perikanan yang beroperasi
di perairan pantai.
Pelabuhan tersebut dikategorikan menurut
kapasitas dan kemampuan masing-masing pelabuhan untuk menangani kapal yang
datang dan pergi serta letak dan posisi pelabuhan.
Kamis, 04 Juli 2013
Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata).
Klasifikasi Penyu Sisik :
Kingdom : Animalia
Sub Kingdom : Metazoa
Phylum : Chordata,
Subphylum : Verterbrata,
Kelas :
Reptilia,
Ordo : Testudinata,
Sub Ordo : Cryptodira,
Family : Cheloniidae,
Genus : Eretmochelys,
Spesies : Eretmochelys imbricata.
Penyu Sisik (Eretmochelys
imbricata). Penyu Sisik atau dikenal sebagai Hawksbill turtle karena
paruhnya tajam dan menyempit/meruncing dengan rahang yang agak besar mirip
paruh burung elang. Demikian pula karena sisiknya yang tumpang tindih/over
lapping (imbricate) seperti sisik ikan maka orang menamainya penyu
sisik. Ciri-ciri umum adalah warna karapasnya bervariasi kuning, hitam dan
coklat bersih, plastron berwarna kekuning-kuningan. Terdapat dua pasang sisik
prefrontal. Sisiknya (disebut bekko dalam bahasa Jepang) banyak
digunakan sebagai bahan baku dalam industri kerajinan tangan terutama di Jepang
untuk membuat pin, sisir, bingkai kacamata dll. Sebagian besar bertelur di
pulau-pulau terpencil. Penyu Sisik selalu memilih kawasan pantai yang gelap,
sunyi dan berpasir untuk bertelur.Paruh penyu sisik agak runcing sehingga
memungkinkan mampu menjangkau makanan yang berada di celah-celah karang seperti
sponge dan anemon.
Penyu Sisik termasuk Carnivore., mereka memakan Mereka juga memakan
udang dan cumi-cumi. sponge dan anemone.
Label:
799 PERLINDUNGAN BIOTA LAUT,
Penyu,
Penyu Sisik
Langganan:
Postingan (Atom)